Jumat, 05 September 2014

Ratu Belanda Wilhelmina Orang Buton

Cerita ini sudah lama berkembang dikalangan tertentu masyarakat pulau Buton, dikisahkan kembali oleh DR(HC) La Ode Unga Wathullah seorang penganut Tassauf dan Filsafat Budaya Buton pada tahun 1976 lalu di Makassar ketika itu beliau sedang menonton Televisi Republik Indonesia dengan acara Bantuan Belanda ke Indonesia melalui organisasi IGGI. Dalam konteks itu beliau mengingat kembali akan cerita lehuhurnya yang berasal dari Raja Liya Kepulauan Wangi-Wangi yang terdapat di bagian timur pulau Buton dan mengatakan bahwa “Ratu Welhelmina itu adalah orang Buton”. Ratu Welhelmina semasa kecilnya (bayi) dinamakan Wa Ode Mina asal dari salah seorang anak petinggi istana Kesultanan Buton masa kepemimpinan Sultan Salihi atau Oputa Yi Munara mulai tahun 1871 sampai 1881. Pada Usia kecil (bayi) Wa Ode Mina sengaja diberikan oleh Sultan Salihi kepada Raja Belanda Willem III sebagai simbol dalam mempererat ikatan kekerabatan antara Kesultanan Buton dengan Kerajaan Belanda. Ketika Wa Ode Mina tiba di negeri Belanda, dia diambil menjadi anak angkat Ratu Emma dari Waldeck dan Pyrmont. Ratu Emma adalah istri kedua dari Raja Belanda Willem III yang selama dikawininya dia tidak mendapat karunia anak dari sang pencipta ilaihi Rabbi. Disisi lain, diluar konteks kisah formal tersebut, dalam kalangan dukun istana Kesultanan Buton dan atau dalam kalangan dukun/penasehat istana Kesultanan Buton jauh hari sebelum peristiwa tersebut terjadi, mereka sudah mendapatkan petunjuk ghaib bahwa hal tersebut mesti terjadi. Dalam ramalan dukun istana Kesultan Buton menyebutkan bahwa kelak disuatu saat nanti ada orang Buton menjadi Ratu Belanda dan sang ratu inilah kelak ketika dia berkuasa barulah kedaulatan Negara Kesatuan republik Indonesia bisa sepenuhnya diperoleh oleh Bangsa Indonesia atas kebaikan Ratu Belanda itu.

Dalam kisah sejarah yang tersurat di negeri Belanda, mengatakan bahwa Welhelmina semasa kecilnya sangat dekat sekali dengan sang ayah Raja Willem III ketimbang Ibundanya Ratu Emma. Ketika Wa Ode Mina diambil dari Buton, sang ayah Raja Willem III telah berusia 63 tahun. Wehelmina diberi gelar oleh sang ayah Raja Willem III sebagai “Wilhelmina Marie Van Orange-Nassau. Raja Willem III, lahir 31 Agustus 1881 dan wafat pada tanggal 28 November 1962 dalam usia 82 tahun. Tak disangka-sangka atas keajaiban yang diciptakan oleh Allah Subhannah Wata’alah bahwa Ratu Welhelmina semestinya tidak bisa dia menduduki tahta Ratu Belanda ketika itu, mengingat bahwa ayahandanya Raja Willem III telah mempunyai istri pertama bernama Ratu Sophie dan mempunyai 3 orang putra-putra yang gagah berani. Namun Tuhan Yang Maha Esa menunjukkan keadaan lain, akibat dari sesuatu sebab Raja Willem III kehilangan ketiga putranya tersebut dipanggil keharibaan Allah SWT. Putra terakhir Raja Belanda Willem III meninggal dunia saat Welhelmina masih berusia 6 tahun dan kemudian disusul oleh Raja Willem III meninggal dunia pada tanggal 23 November 1890 saat Welhelmina memasuki usia 10 tahun. Meskipun Welhelmina seketika menjadi Ratu Belanda, Ibunya Ratu Emma ditunjuk sebagai wali sampai usia Welhelmina mencapai 18 tahun.

Dalam masa awal kekuasaannya sebagai Ratu Belanda, Wilhelmina memperlihatkan diri sebagai pribadi yang kuat, berwibawa, bersikap taktis dan hati-hati dalam memutuskan sesuatu. Dia suka membantu negara-negara yang mendapat kesulitan seperti : Afrika Selatan, Republik Transvaal, Orange Free State, sehingga Ratu Wilhelmina memperoleh pengakuan internasional. Ratu Welhelmina juga dikenal mahir dalam mengola bisnis dan investasi, membuat dia sebagai salah satu wanita terkaya di dunia. Investasinya merambah Amerika Serikat dan sampai ke sumur minyak di wilayah-wilayah Hindia Belanda.

Pada tahun 1901, ia menikah dengan Pangeran Hendrik dari Macklemburg-Schwerin. Ratu Welhelmina dalam masa perkawinannya beberapa kali mengalami keguguran. Namun kelahiran anak satu satunya bernama Juliana pada tanggal 30 April 1909, menjadi obat penawar setelah perkawinan mereka mencapai usia 8 tahun lamanya tanpa anak.

Ketika menjelang akhir kekuasaannya, Ratu Belanda Wehelmina pada tanggal 4 September 1948, sebelum dia menyerahkan tumpuk kekuasaannya kepada putri tunggalnya bernama Juliana, dia mengingat kembali akan janjinya kepada leluhurnya di Buton untuk membalas budinya itu. Disaat perang berkecamuk antara Belanda dan para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia di pulau Jawa, maka diusahakanlah di lakukan perjanjian rahasia di atas kapal Karel Dorman antara Ratu Welhelmina yang diwakili oleh seorang kepercayaannya dengan mengundang Presiden Soekarno dan Sultan Falihi. Diatas kapal Karel Dorman itulah diputuskan bagaimana arah Indonesia dalam merebut kedaulatanya secara penuh dari Belanda.

Pada akhirnya dalam kisah ini masih timbul sejumlah pertanyaan; “Benarkah Ratu Welhelmina adalah anak dari seorang petinggi Istana Kesultanan Buton dengan semasa kecilnya bernama Wa Ode Mina?”. “Kalau benar, siapakah sesunggguhnya nama ayahandanya dan apa pangkatnya dalam perangkat Istana Kesultanan Buton?” Apa maksud rahasia diserahkannya Wa Ode Mina kepada Raja Belanda Willem III?” “Benarkah bahwa sebelum penjajahan Belanda di Indonesia sudah ada hubungan-hubungan kekerabatan antara Sultan Buton dengan Kerajaan Belanda?”. “Apa saja perjanjian di atas Kapal Karel Dorman tersebut?”. Untuk menjawabnya masih diperlukan penelitian epitemologis secara menyeruluh yang dilakukan oleh para ahli antropologi budaya, ahli sejarah, ahli genetikalogi dan hasil yang didapatkan diharapkan dapat menguak tabir dari kisah rahasia ini untuk menjadi pengetahuan bangsa-bangsa di dunia.


2 komentar:

  1. Dianggap perluuntuk menjalinkeakraban bangsbangsa didunia

    BalasHapus
  2. Play Free Slots Online | DrmCD
    Play 제주도 출장마사지 free 강원도 출장마사지 online 태백 출장안마 slots. Find trusted slot machine 서산 출장안마 games, like Cleopatra, The 동해 출장샵 Wild West Gold, and much more here! The Best Online Slots of 2021.

    BalasHapus