Cerita ini
sudah lama berkembang dikalangan tertentu masyarakat pulau Buton, dikisahkan
kembali oleh DR(HC) La Ode Unga Wathullah seorang penganut Tassauf dan Filsafat
Budaya Buton pada tahun 1976 lalu di Makassar ketika itu beliau sedang menonton
Televisi Republik Indonesia dengan acara Bantuan Belanda ke Indonesia melalui
organisasi IGGI. Dalam konteks itu beliau mengingat kembali akan cerita
lehuhurnya yang berasal dari Raja Liya Kepulauan Wangi-Wangi yang terdapat di
bagian timur pulau Buton dan mengatakan bahwa “Ratu Welhelmina itu adalah orang
Buton”. Ratu Welhelmina semasa kecilnya (bayi) dinamakan Wa Ode Mina asal dari
salah seorang anak petinggi istana Kesultanan Buton masa kepemimpinan Sultan
Salihi atau Oputa Yi Munara mulai tahun 1871 sampai 1881. Pada Usia kecil
(bayi) Wa Ode Mina sengaja diberikan oleh Sultan Salihi kepada Raja Belanda
Willem III sebagai simbol dalam mempererat ikatan kekerabatan antara Kesultanan
Buton dengan Kerajaan Belanda. Ketika Wa Ode Mina tiba di negeri Belanda, dia
diambil menjadi anak angkat Ratu Emma dari Waldeck dan Pyrmont. Ratu Emma
adalah istri kedua dari Raja Belanda Willem III yang selama dikawininya dia
tidak mendapat karunia anak dari sang pencipta ilaihi Rabbi. Disisi lain,
diluar konteks kisah formal tersebut, dalam kalangan dukun istana Kesultanan
Buton dan atau dalam kalangan dukun/penasehat istana Kesultanan Buton jauh hari
sebelum peristiwa tersebut terjadi, mereka sudah mendapatkan petunjuk ghaib
bahwa hal tersebut mesti terjadi. Dalam ramalan dukun istana Kesultan Buton
menyebutkan bahwa kelak disuatu saat nanti ada orang Buton menjadi Ratu Belanda
dan sang ratu inilah kelak ketika dia berkuasa barulah kedaulatan Negara
Kesatuan republik Indonesia bisa sepenuhnya diperoleh oleh Bangsa Indonesia
atas kebaikan Ratu Belanda itu.
Dalam
kisah sejarah yang tersurat di negeri Belanda, mengatakan bahwa Welhelmina
semasa kecilnya sangat dekat sekali dengan sang ayah Raja Willem III ketimbang
Ibundanya Ratu Emma. Ketika Wa Ode Mina diambil dari Buton, sang ayah Raja Willem
III telah berusia 63 tahun. Wehelmina diberi gelar oleh sang ayah Raja Willem
III sebagai “Wilhelmina Marie Van Orange-Nassau. Raja Willem III, lahir 31
Agustus 1881 dan wafat pada tanggal 28 November 1962 dalam usia 82 tahun. Tak
disangka-sangka atas keajaiban yang diciptakan oleh Allah Subhannah Wata’alah
bahwa Ratu Welhelmina semestinya tidak bisa dia menduduki tahta Ratu Belanda
ketika itu, mengingat bahwa ayahandanya Raja Willem III telah mempunyai istri
pertama bernama Ratu Sophie dan mempunyai 3 orang putra-putra yang gagah
berani. Namun Tuhan Yang Maha Esa menunjukkan keadaan lain, akibat dari sesuatu
sebab Raja Willem III kehilangan ketiga putranya tersebut dipanggil keharibaan
Allah SWT. Putra terakhir Raja Belanda Willem III meninggal dunia saat
Welhelmina masih berusia 6 tahun dan kemudian disusul oleh Raja Willem III
meninggal dunia pada tanggal 23 November 1890 saat Welhelmina memasuki usia 10
tahun. Meskipun Welhelmina seketika menjadi Ratu Belanda, Ibunya Ratu Emma
ditunjuk sebagai wali sampai usia Welhelmina mencapai 18 tahun.
Dalam masa
awal kekuasaannya sebagai Ratu Belanda, Wilhelmina memperlihatkan diri sebagai
pribadi yang kuat, berwibawa, bersikap taktis dan hati-hati dalam memutuskan
sesuatu. Dia suka membantu negara-negara yang mendapat kesulitan seperti :
Afrika Selatan, Republik Transvaal, Orange Free State, sehingga Ratu Wilhelmina
memperoleh pengakuan internasional. Ratu Welhelmina juga dikenal mahir dalam
mengola bisnis dan investasi, membuat dia sebagai salah satu wanita terkaya di
dunia. Investasinya merambah Amerika Serikat dan sampai ke sumur minyak di
wilayah-wilayah Hindia Belanda.
Pada tahun
1901, ia menikah dengan Pangeran Hendrik dari Macklemburg-Schwerin. Ratu
Welhelmina dalam masa perkawinannya beberapa kali mengalami keguguran. Namun
kelahiran anak satu satunya bernama Juliana pada tanggal 30 April 1909, menjadi
obat penawar setelah perkawinan mereka mencapai usia 8 tahun lamanya tanpa
anak.
Ketika
menjelang akhir kekuasaannya, Ratu Belanda Wehelmina pada tanggal 4 September
1948, sebelum dia menyerahkan tumpuk kekuasaannya kepada putri tunggalnya
bernama Juliana, dia mengingat kembali akan janjinya kepada leluhurnya di Buton
untuk membalas budinya itu. Disaat perang berkecamuk antara Belanda dan para
pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia di pulau Jawa, maka diusahakanlah di
lakukan perjanjian rahasia di atas kapal Karel Dorman antara Ratu Welhelmina
yang diwakili oleh seorang kepercayaannya dengan mengundang Presiden Soekarno
dan Sultan Falihi. Diatas kapal Karel Dorman itulah diputuskan bagaimana arah
Indonesia dalam merebut kedaulatanya secara penuh dari Belanda.
Pada
akhirnya dalam kisah ini masih timbul sejumlah pertanyaan; “Benarkah Ratu Welhelmina
adalah anak dari seorang petinggi Istana Kesultanan Buton dengan semasa
kecilnya bernama Wa Ode Mina?”. “Kalau benar, siapakah sesunggguhnya nama
ayahandanya dan apa pangkatnya dalam perangkat Istana Kesultanan Buton?” Apa
maksud rahasia diserahkannya Wa Ode Mina kepada Raja Belanda Willem III?”
“Benarkah bahwa sebelum penjajahan Belanda di Indonesia sudah ada
hubungan-hubungan kekerabatan antara Sultan Buton dengan Kerajaan Belanda?”.
“Apa saja perjanjian di atas Kapal Karel Dorman tersebut?”. Untuk menjawabnya
masih diperlukan penelitian epitemologis secara menyeruluh yang dilakukan oleh
para ahli antropologi budaya, ahli sejarah, ahli genetikalogi dan hasil yang
didapatkan diharapkan dapat menguak tabir dari kisah rahasia ini untuk menjadi
pengetahuan bangsa-bangsa di dunia.
Dianggap perluuntuk menjalinkeakraban bangsbangsa didunia
BalasHapusPlay Free Slots Online | DrmCD
BalasHapusPlay 제주도 출장마사지 free 강원도 출장마사지 online 태백 출장안마 slots. Find trusted slot machine 서산 출장안마 games, like Cleopatra, The 동해 출장샵 Wild West Gold, and much more here! The Best Online Slots of 2021.